Empat Perempuan Peneliti Indonesia Terima Penghargaan UNESCO FWIS 2019

Blog Single

Jakarta, KNIU — Tahun ini, UNESCO for Women in Science (FWIS) National Fellowships kembali diberikan kepada empat perempuan peneliti Indonesia pada Selasa (26/11/2019) di Auditorium Gedung D Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Penganugerahan ini merupakan kali ke-16 sejak pertama kali diberikan pada tahun 2004 lalu. UNESCO for Women in Science (FWIS) National Fellowships merupakan bentuk kerja sama antara , perusahaan berbasis sains yang memiliki misi untuk terus mendukung perempuan peneliti di berbagai belahan dunia, bekerja sama dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Kemendikbud.


Tampak hadir Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro; Ketua Harian KNIU Kemendikbud, Arief Rachman; Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Ananto Kusuma Seta;Presiden Direktur Indonesia, Umesh Phadke; Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material (TIEM) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Eniya Listiani Dewi; Perwakilan Kantor UNESCO Jakarta, Ai Sugiura, dan jajaran perwakilan masing-masing pemangku kepentingan terkait. Hadir pula Dewan Juri dari program UNESCO for Women in Science (FWIS) Indonesia.

Dalam sambutannya, Menristek Bambang Brodjonegoro menyampaikan harapan bahwa program UNESCO for Women in Science (FWIS) di Indonesia dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. “Diharapkan kerja sama antara L’Oreal dan UNESCO ini bisa terus menggairahkan dan menghidupkan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (lit-bang-ki-rap) yang ada di Indonesia,” kata Menristek Bambang.

Disampaikan pula bahwa program ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk memperbaiki ekosistem lit-bang-ki-rap di Indonesia. “Kami kementerian terus bekerja keras untuk memperbaiki ekosistem dari lit-bang-ki-rap tersebut dengan berbagai penyelesaian dan perbaikan regulasi, memperbanyak dan meningkatkan kualitas prasarana penelitian, perhatian terhadap gender di dalam penelitian ini juga semakin besar, dan berbagai upaya lain yang terus mendorong hasil penelitian semakin membumi dan semakin bermanfaat bagi bangsa Indonesia,” lanjut Menristek Bambang.

Selaras dengan sambutan Menristek, Ketua Harian KNIU Kemendikbud, Arief Rachman juga menyampaikan dalam sambutannya bahwa pentingnya mengekspos upaya-upaya peneliti Indonesia, khususnya perempuan, sehingga mereka merasa diapresiasi sekaligus dapat menginspirasi generasi muda perempuan Indonesia untuk menggeluti bidang sains.

“Kita harus memperbaiki, mempromosikan, dan terus mengekspos betapa pentingnya (peran) perempuan peneliti di Indonesia,” ujar Arief Rachman.


Para penerima penghargaan UNESCO for Women in Science (FWIS) National Fellowships 2019 merupakan perempuan peneliti yang telah berkontribusi dalam usaha pengembangan inovasi ilmiah guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Keempat perempuan peneliti tersebut adalah Widiastuti Karim, Ayu Savitri Nurinsiyah, Swasmi Puwajanti, dan Osi Arutanti. Pada acara ini, masing-masing dari mereka diberi kesempatan untuk mempresentasikan secara singkat proyek mereka.

Dr. rer.nat. Ayu Savitri Nurinsiyah, M.IL., M.Sc. merupakan seorang peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Ia menerima penghargaan UNESCO for Women in Science (FWIS) National Fellowships 2019 atas proposal penelitiannya yang bertema eksplorasi penemuan keong darat yang tepat dalam mengungkap potensi biodiversitas sebagai solusi masalah kesehatan.

Dr. Eng. Osi Arutanti, M.Si, merupakan seorang peneliti dari LIPI. Ia menerima penghargaan UNESCO for Women in Science (FWIS) National Fellowships 2019 atas proposal penelitiannya tentang eksplorasi alternatif fotokotalis material yang efisien dan dapat diaktivasi dengan tenaga surya sebagai solusi permasalahan lingkungan.

Dr. Swasmi Puwajanti, M.Sc. merupakan seorang peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Ia menerima penghargaan UNESCO for Women in Science (FWIS) National Fellowships 2019 atas proposal penelitiannya yang terkait eksplorasi pengembangan super nanoadsorben multi-fungsi berbasis magnesium oxide dari bittern untuk dekontaminasi air yang lebih efisien.

Dr. Sc. Widiastuti Karim, M.Si. merupakan seorang peneliti sekaligus akademisi dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana. Ia menerima penghargaan UNESCO for Women in Science (FWIS) National Fellowships 2019 atas proposal penelitiannya yang terkait studi fungsi biologi Green Fluorescent Proteins (GFP) guna mengatasi pemutihan pada karang.

Sejak tahun 2004, program UNESCO for Women in Science (FWIS) telah memberikan fellowship kepada 57 perempuan peneliti di Indonesia, lima diantaranya telah menerima penghargaan UNESCO FWIS internasional. Tahun ini, keempat penerima penghargaan masing-masing akan menerima pendanaan sebesar 95 juta rupiah dari Indonesia untuk mewujudkan penelitiannya.(DAS)

Share this Post:

Related Posts: