Terbuka Kesempatan Aplikasi Nominasi untuk UNESCO King Hamad Bin Isa Al-Khalifa Prize untuk Penggunaan TIK dalam Pendidikan 2019

Blog Single

Dalam masyarakat dewasa ini yang berubah dengan cepat dan saling berhubungan, teknologi memiliki potensi besar untuk meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan memperluas akses ke pendidikan berkualitas. Menurut International Telecommunication Union, sekitar 95% populasi global tinggal di daerah dengan setidaknya jaringan seluler-2G dasar. Ini berarti bahwa hampir semua orang dengan perangkat yang terhubung dapat mengambil manfaat dari program pendidikan berdasarkan pada solusi teknologi.

Sebagai bentuk apresiasi dari praktik dengan pendekatan inovatif dalam memanfaatkan teknologi baru di proses pembelajaran, UNESCO bersama dengan Kerajaan Bahrain mendirikan sebuah penghargaan bernama UNESCO King Hamad Bin Isa Al-Khalifa Prize untuk Penggunaan TIK dalam Pendidikan. Prize ini merupakan salah satu dari UNESCO Prizes di sektor pendidikan yang mengakui dan menghargai individu dan organisasi yang mengimplementasikan proyek-proyek luar biasa dan mendorong penggunaan teknologi secara kreatif untuk meningkatkan pembelajaran, pengajaran dan kinerja pendidikan secara keseluruhan di era digital, demi memperluas kesempatan pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat bagi semua orang. Hal ini sejalan dengan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (Agenda 2030 for Sustainable Development) dan Tujuan ke-4 tentang pendidikan (Sustainable Development Goals/SDG 4).

Setiap tahun, UNESCO King Hamad Bin Isa Al-Khalifa Prize memiliki tema spesifik. Di tahun 2019 ini, tema yang diangkat adalah Penggunaan Kecerdasan Buatan untuk menginovasi pendidikan, pengajaran dan pembelajaran (the Use of Artificial Intelligence to innovate education, teaching and learning).

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) memiliki potensi untuk meningkatkan metodologi pengajaran, mendukung pembelajaran sepanjang hayat dan mempersonalisasikan pembelajaran melalui berbagai cara, serta mendorong dan mempercepat penemuan mode-mode pendidikan dengan penyampaian baru. Tetap sesuai dengan Tujuan ke-4 tentang pendidikan (Sustainable Development Goals/SDG 4), UNESCO dengan mitranya bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan aplikasi AI yang efektif dan etis untuk mengurangi hambatan dalam mengakses pendidikan dan mengoptimalkan proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran.

Tahun ini, UNESCO King Hamad Bin Isa Al-Khalifa Prize akan memberikan solusi berbasis Kecerdasan Buatan serta aplikasinya di bidang pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran, untuk memberdayakan guru dan meningkatkan pengiriman layanan pendidikan, sambil mengadvokasi penggunaan teknologi ini secara inklusif dan adil.

Dua pemenang akan dipilih oleh Direktur Jenderal UNESCO berdasarkan rekomendasi dari juri internasional, dan masing-masing pemenang akan menerima hadiah sebesar USD 25.000, medali, dan piagam penghargaan.

Siapa yang bisa mendaftar?

Setiap individu, institusi, atau organisasi non-pemerintah (Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM) dengan proyek yang sedang berjalan yang relevan dengan tema spesifik tahun ini.

 

Proses Pengajuan

  1. Aplikan harus dinominasikan oleh Komisi Nasional Negara Anggota UNESCO (dalam hal ini, melalui Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) atau LSM yang berafiliasi resmi dengan UNESCO.
  2. Pengajuan secara mandiri tanpa dukungan dari Komisi Nasional atau LSM tidak akan diterima.
  3. Setiap Negara Anggota UNESCO dapat menominasikan tiga kandidat (maksimal).
  4. Tenggat aplikasi nominasi adalah 31 Oktober 2019 (tengah malam, waktu Paris).
  5. Sangat disarankan menghubungi Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau LSM terafiliasi resmi dengan UNESCO setidaknya satu minggu sebelum tenggat yang ditentukan di atas.
Share this Post:

Related Posts: