UN Day 2019 Serukan Gerakan Pelestarian Warisan Indonesia
Jakarta,Heritage (warisan) tidak bisa lagi dikelola sebagai proyek, tetapi diposisikan sebagai movement, sebagai sebuah gerakan. Kalau menjadi sebuah gerakan, maka setiap individu yang merupakan bagian dari ekosistem heritage tersebut punya tanggung jawab dalam merawat dan melestarikannya,ujar Ananto Kusuma Seta, Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Inovasi dan Daya Saing, pada gelar wicara Warisan Kita untuk Perdamaian dan Pembangunan Berkelanjutan. Gelar wicara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan perayaan Hari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations Day (UN Day) ke-74 yang dilaksanakan pada Senin (02/12/2019) di Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Mendukung pernyataan Ananto, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (KNIU Kemendikbud), Arief Rachman menyampaikan bahwa kebijakan terkait upaya pelestarian warisan Indonesia baiknya merupakan satu rangkaian yang sinkron antara satu komponen dengan komponen lainnya.
UNESCO, sebagai badan PBB yang fokus utamanya di bidang pendidikan, sains, dan kebudayaan demi mencapai kemaslahatan dunia, mempunyai kebijakan-kebijakan terkait upaya pelestarian warisan. Kebijakan ini yang harus sinkron dengan kebijakan kita sebagai negara anggota. Lebih lanjut, harus sinkron juga dengan kebijakan di daerah, hingga ke kebijakan lokal di mana warisan itu berada.kata Arief Rachman.
Adapun menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, keberadaan warisan-warisan tersebut tidak lepas dari berbagai tantangan yang dihadapi, seperti konflik, perang, urbanisasi, pembangunan, dan bencana alam. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat terkait warisan budaya yang tidak hanya dilindungi, tetapi juga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Momentum UN Day dinilai tepat dalam membangun pemahaman masyarakat akan warisan-warisan Indonesia dan menggalang kesadaran untuk melestarikannya. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu, Febrian Ruddyard, dalam sambutannya.
Saya berharap kegiatan UN Day tahun ini dapat memberikan perspektif yang utuh kepada kita semua mengenai kekayaan warisan yang kita miliki, serta memberikan pemahaman mengenai arti penting menjaga warisan kita untuk perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.ucap Dirjen Ruddyard.
UN Day yang tepatnya jatuh pada tanggal 24 Oktober lalu, dirayakan di level nasional satu pekan setelahnya atas prakarsa Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, bekerja sama dengan Kantor Koordinator Residen PBB di Indonesia (UN Indonesia) dan KNIU Kemendikbud. Mengusung tema Indonesian Heritage for Global Peace and Sustainable Development, Perayaan UN Day 2019 Indonesia diisi dengan berbagai kegiatan yang dapat diikuti oleh masyarakat umum tanpa dikenai biaya apapun.
Perayaan UN Day 2019 ini terbuka untuk umum, karena UN dan Warisan Kita itu milik semua, milik bangsa Indonesia dan milik dunia. UN adalah organisasi yang inklusif oleh karenanya kita melibatkan semua pihak.ungkap Gita Murti, selaku panitia penyelenggara.
Adapun rangkaian acara UN Day 2019 terdiri dari ekshibisi warisan-warisan Indonesia, mulai dari warisan budaya, alam, dokumenter, takbenda, hingga potensi-potensi Indonesia yang telah mendapat rekognisi dunia melalui UNESCO. Ada pula gelar wicara interaktif yang terbagi menjadi dua sesi di mana peserta dapat terlibat dalam diskusi mengenai isu-isu terkait kontribusi dan posisi Warisan Indonesia dalam terciptanya perdamaian dan pembangunan berkelanjutan, serta peran aktif pemuda dalam upaya pelestarian warisan. Peragaan langsung proses pembuatan kain tenun, batik, noken, dan keris, serta praktik bermain angklung juga merupakan daya tarik dari penyelenggaraan acara perayaan UN Day 2019.
Sejak resmi menjadi anggota UNESCO pada tanggal 27 Mei 1950 dan anggota PBB pada 28 September 1950, Indonesia terus berkomitmen dalam mengupayakan terwujudnya perdamaian dunia melalu berbagai forum dan platform PBB. Salah satunya dengan mengadopsi dan mengaplikasi program-program UNESCO, yakni Man and Biosphere, World Heritage, Intangible Cultural Heritage, Global Geoparks, Creative Cities Network, Global Network of Learning Cities, dan Memory of the World.
Di tahun 2019, sebanyak empat situs di Indonesia telah memperkaya daftar Tetapan UNESCO, yakni Tambang Batubara Ombilin sebagai Warisan Budaya Dunia, Cagar Biosfer Togean Tojo Una-Una dan Cagar Biosfer Saleh-Moyo-Tambora (SAMOTA) sebagai bagian dari Jejaring Cagar Biosfer Dunia, serta Kota Ambon sebagai Kota Kreatif Dunia dalam kategori musik.
Dengan masuknya keempat situs tersebut, hingga kini telah terdapat 50 Warisan Indonesia yang mendapat pengakuan dunia, terdiri dari 5 Warisan Dunia kategori Budaya; 4 situs Warisan Dunia kategori Alam; 9 Warisan Budaya Takbenda; 4 Geopark Global; 16 Cagar Biosfer; 3 Kota Kreatif, 1 Kota Pembelajaran, serta 8 warisan dokumenter sebagai Ingatan Kolektif Dunia.(DAS)