Kabar Baik dari Indonesia pada Sesi Ke-31 Sidang Dewan Koordinasi Program The Man and The Biosphere UNESCO

Blog Single

Paris, KNIU — Indonesia kembali mengukir prestasi di kancah internasional. Dua Cagar Biosfer Indonesia berhasil ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Dunia baru dan menjadi bagian dari Jejaring Cagar Biosfer Dunia (World Network of Biosphere Reserve/WNBR). Penetapan dan deklarasi ini dilakukan pada Sesi Ke-31 Sidang Dewan Koordinasi Internasional Program Manusia and Biosfer UNESCO (The 31st session of the Man and the Biosphere Programme International Co-ordinating Council) yang berlangsung selama lima hari (17-21 Juni 2019) di Paris, Prancis. Kedua Cagar Biosfer Indonesia yang ditetapkan tersebut adalah Togean Tojo Una Una di Provinsi Sulawesi Tengah dan Saleh-Moyo-Tambora (SAMOTA) di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dalam pidato penerimaannya, Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola, menyatakan rasa syukur dan bangga akan penetapan Cagar Biosfer Togean Tojo Una Una sebagai Cagar Biosfer Dunia ke-15 dari Indonesia, dan ke-2 dari Provinsi Sulawesi Tengah, setelah sebelumnya Cagar Biosfer Lore Lindu ditetapkan pada tahun 1977.

Kami sangat bersyukur dan bangga atas penetapan ini. Ini menandakan dunia internasional telah merekognisi kerja keras masyarakat Togean Tojo Una Una, Sulawesi Tengah, dan Pemerintah Indonesia.ujar Gubernur Longki.

Ungkapan senada juga disampaikan oleh Wakil Gubernur (Wagub) Nusa Tenggara Barat, Sitti Rohmi Djalilah. Lebih lanjut, Wagub Sitti menambahkan harapan akan penetapan Cagar Biosfer Indonesia, khususnya Saleh-Moyo-Tambora (SAMOTA).

Dengan penetapan ini diharapkan Cagar Biosfer Saleh-Moyo-Tambora (SAMOTA) dapat  berkontribusi pada konservasi sumber daya alam dan pembangunan kesejahteraan sosial ekonomi sesuai dengan program pembangunan berkelanjutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.imbuh Wagub Sitti.

Cagar Biosfer Togean Tojo Una Una merupakan bagian dari Wilayah Segitiga Koral Dunia (World Coral Triangle Area) yang terletak di Kabupaten Tojo Una Una, Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan luas total 2.187.632 hektar; yang terdiri dari Zona Inti (Core Zone), Zona Penyangga (Buffer Zone), dan Zona Transisi (Transition Zone) cagar biosfer ini melindungi ekosistem pantai, padang lamun, dan terumbu karang terpenting di wilayah World Coral Triangle, terutama di Teluk Tomini.

Adapun Cagar Biosfer Saleh-Moyo-Tambora (SAMOTA) merupakan keterwakilan dari ekosistem yang terletak sepanjang wilayah Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, dan Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan area total seluas 728.484,44 hektar, cagar biosfer ini melindungi berbagai tipe ekosistem di wilayah Lesser Sunda, seperti flora dan fauna di hutan pegunungan di wilayah Gunung Api Tambora dan Pulau Moyo, serta kekayaan satwa perairan di Selat Saleh.

Dengan ditetapkannya Cagar Biosfer Togean Tojo Una Una dan Saleh-Moyo-Tambora (SAMOTA), hingga saat ini Indonesia telah memiliki 16 Cagar Biosfer Dunia dengan luas total 27.931.802 hektar. Keempat belas Cagar Biosfer Indonesia yang leboh dulu ditetapkan adalah Cagar Biosfer Cibodas (1977), Cagar Biosfer Komodo (1977), Cagar Biosfer Lore Lindu (1977), Cagar Biosfer Tanjung Puting (1977), Cagar Biosfer Gunung Leuser (1981), Cagar Biosfer Siberut (1981), Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (2009), Cagar Biosfer Wakatobi (2005), Cagar Biosfer Bromo-Tengger-Semeru-Arjuno (2015), Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan Selayar (2015), Cagar Biosfer Belambangan (2016), Cagar Biosfer Berbak-Sembilang (2018), Cagar Biosfer Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu (2018), dan Cagar Biosfer Rinjani Lombok (2018). Di tahun 2019 ini, telah terdapat 701 cagar biosfer yang tersebar di 124 negara di seluruh dunia, termasuk di dalamnya 21 cagar biosfer lintas batas negara.

 

Raih Penghargaan Peneliti Muda Program Manusia dan Biosfer

Selain penetapan dua Cagar Biosfer Indonesia, kabar baik lain juga terdengar dari perhelatan Sesi Ke-31 Sidang Dewan Koordinasi Internasional Program Manusia and Biosfer UNESCO (The 31st session of the Man and the Biosphere Programme International Co-ordinating Council). Indonesia berhasil meraih penghargaan dalam MAB Young Scientist Award (YSA). Peneliti muda Indonesia, Fenny Clara Ardiati, raih kemenangan dengan proposal bertajuk “Isolation, Screening and Assessment of White Rot Fungi in Berbak Sembilang Biosphere Reserve for Their Potency in Waste Water Treatment. Fenny merupakan satu dari tujuh orang pemenang yang dianugerahi penghargaan MAB Young Scientist Award 2019.(DAS)
 

Share this Post:

Related Posts: