Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Hadiri Perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional (Bagian 3)

Blog Single

Kemendikbud Peringati Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day/IMLD) dengan Mengusung Seruan Pelestarian Bahasa Daerah

Kemeriahan perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day/IMLD) juga dirasakan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia. Dengan mengusung tema utama bertajuk, Menjaga Bahasa Daerah, Merawat Kebhinekaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud menyelenggarakan acara Gelar Wicara dan Penampilan Tunas Bahasa Ibu 2019. Kegiatan berlangsung pada Kamis (21/02/2019) bertempat di Kantor Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Rawamangun, Jakarta. Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kemendikbud turut hadir dan memeriahkan acara tersebut.


KNIUKemdikbud/Danu
Selain sebagai rangkaian dari selebrasi Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day/IMLD), acara Gelar Wicara dan Penampilan Tunas Bahasa Ibu 2019 juga merupakan upaya pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud dalam mempromosikan perlindungan, pelestarian, dan penyebaran bahasa ibu/bahasa daerah Indonesia. Saat ini kondisi kekayaan dan keberlangsungan bahasa daerah Indonesia tidak luput dari permasalahan. Dari 668 bahasa daerah Indonesia yang berhasil terpetakan Badan Bahasa Kemendikbud hingga Oktober 2018, terdapat 74 bahasa yang telah dipetakan vitalitas/daya hidupnya. Dari 74 bahasa tersebut, terdapat 19 bahasa yang dinyatakan berstatus aman, 16 bahasa dinyatakan stabil tetapi terancam punah, 2 bahasa mengalami kemunduran, 22 bahasa dinyatakan terancam punah, 4 bahasa dinyatakan kritis, dan 11 bahasa dinyatakan telah punah.

Sesuai dengan namanya, acara Gelar Wicara dan Penampilan Tunas Bahasa Ibu 2019 terdiri dari sesi gelar wicara yang menghadirkan beberapa narasumber terkait, seperti Kepala Dinas Pariwisata Pakpak Bharat, Bambang Sunarjo Banurea, Guru Besar Linguistik Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Indonesia, Multamia RMT Lauder, serta Sastrawan Saut Poltak Tambunan. Kadis Bambang Banurea menyampaikan paparan mengenai Nyanyian Odong-odong sebagai media pelestarian bahasa, sastra, dan budaya Suku Pakpak di Sumatera Utara. Pakar Linguistik Multamia Lauder menyampaikan paparan mengenai peranan Toponimi (kajian mengenai nama tempat) dalam perlindungan bahasa. Kemudian di sesi berikutnya Sastrawan Saut Poltak Tambunan menyampaikan paparan mengenai potensi bahasa daerah sebagai pengembang sastra daerah, khususnya batak.

Selain gelar wicara, acara juga diisi dengan penampilan kesenian-kesenian tradisional yang menggunakan bahasa ibu/bahasa daerah Indonesia. Sebuah tarian Sirih Kuning asal Betawi dan pertunjukan teater berbahasa Jawa ditampilkan oleh sanggar budaya Oryza Lokabasa. Sebuah buku kumpulan cerpen enam bahasa/dialek Puak Batak bertajuk Dongan Sademban juga diluncurkan pada kesempatan yang sama.

Acara Gelar Wicara dan Penampilan Tunas Bahasa Ibu 2019 ditutup dengan sosialisasi Kebijakan Perlindungan Bahasa dan Sastra oleh Kepala Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Gufran Ali Ibrahim. Disampaikan bahwa Kemendikbud berkomitmen untuk melaksanakan upaya perlindungan bahasa dan sastra di Indonesia melalui lima program, yaitu pemetaan bahasa dan sastra, kajian vitalitas (daya hidup) bahasa dan sastra, konservasi, revitalisasi, serta peta dan registrasi bahasa dan sastra. Upaya perlindungan bahasa dan sastra di Indonesia ini melibatkan Lembaga Riset dan Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, LSM Pegiat Belajar seperti Komunitas Literasi, Rumah Baca, Rumah Pintar, Sanggar dan Komunitas Sastra, Perencana Bahasa, serta Pegiat Pengembangan Masyarakat.(DAS)

Share this Post:

Related Posts: