Wakatobi Siap Gelar Konferensi Internasional SeaBRnet ke-15

Blog Single

Kawasan Taman Nasional Laut Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2012 silam bersiap menggelar konferensi internasional Southeast Asian Biosphere Reserves Network (SeaBRnet) ke-15 pada tanggal 30 April s.d 2 Mei 2024. 

Pertemuan tahunan Jaringan Cagar Biosfer Asia Tenggara yang mengusung tema "Optimizing multi- stakeholders collaboration for biodiversity conservation and socio-economic resilience in biosphere reserves," yang akan digelar secara hibrida di Patuno Resort, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. 

Ditemui saat persiapan konferensi tersebut, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Itje Chodidjah, mengatakan bahwa pertemuan yang diselenggarakan lewat dukungan KNIU ini diharapkan mampu menghasilkan peningkatan kolaborasi dan kemitraan para pemangku kepentingan, strategi yang dapat ditindaklanjuti untuk konservasi keanekaragaman hayati dan ketahanan sosial-ekonomi.

“Selain itu hasil diskusi selama konferensi dapat menjadi bahan rekomendasi yang selanjutnya disusun oleh Pemerintah Indonesia lewat kolaborasi bersama antara KNIU, Komite Man and Biosphere (MAB) UNESCO Indonesia, bersama dengan kementerian/lembaga terkait untuk menjadi draf laporan implementasi Lima Action Plan for Biosphere Reserves 2016–2025, yang akan dibawa dalam pertemuan World Congress of Biosphere Reserves (WCBR) ke-5 di Hangzhou, Tiongkok pada tahun 2025,” ungkap Itje, di Jakarta, Senin (29/4).

Senada dengan itu, Direktur Kantor Multisektoral dan Perwakilan UNESCO di Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa, juga mendorong perwakilan dari berbagai negara yang menjadi peserta konferensi memiliki fokus dan tujuan yang sama dalam pengembangan cagar biosfer di Asia Tenggara.

“Pertemuan SeaBRnet ke-15 di Cagar Biosfer Wakatobi akan berfokus pada penyelarasan upaya-upaya konservasi dengan pembangunan sosial dan ekonomi dengan mengintegrasikan teknologi dan pengetahuan tradisional untuk meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan cagar biosfer secara berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara,” jelas Maki.

Selain Indonesia, konferensi tahunan ini rencananya akan dihadiri oleh sekitar 300 orang dari Kamboja, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Laos, Timor Leste dan Jepang. Adapun pemangku kepentingan yang akan hadir meliputi Ketua Cagar Biosfer Asia Tenggara, perwakilan Komisi Nasional Asia Tenggara, perwakilan sektor pemerintah maupun swasta, kalangan akademisi, dan perwakilan anggota jaringan Komite MAB UNESCO Indonesia.

Ketua Taman Nasional Wakatobi, Darman, menyatakan kebanggaan dan apresiasi atas terpilihnya Wakatobi sebagai tempat pelaksanaan SeaBRnet ke-15. Menurutnya, terlaksananya SeaBRnet ke-15 di Wakatobi, merupakan wujud komitmen pemerintah dan pemangku kepentingan terkait terhadap pengelolaan cagar biosfer yang terus lestari.

“Kawasan biosfer harus mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya atau kearifan lokal masyarakat,” imbuh Darman.

Sebagai informasi, panitia penyelenggara telah mengemas konferensi lewat diskusi dan gelar wicara. Materi yang akan disajikan oleh terkait permasalahan, tantangan serta saling berbagi praktik baik dalam pengelolaan cagar biosfer. Materi akan disampaikan oleh narasumber dari UNESCO Jakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Badan Riset dan Inovasi Nasional; UNESCO 2023 MAB Young Scientist Awardee; dan University of Ryukyus.

Para peserta juga berkesempatan menikmati indahnya alam Wakatobi. Pada tanggal 2 Mei, panitia akan mengadakan program ekskursi yaitu mengajak peserta untuk snorkeling dan diving di Taman Laut Wakatobi serta melakukan pelepasliaran Burung Kacamata Wangi-Wangi dan Tukik.

Share this Post:

Related Posts: