Perempuan Peneliti Indonesia Raih Apresiasi L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2023
Perspektif dan keterlibatan perempuan dalam ilmu pengetahuan memberikan nilai tambah yang luar biasa. Dalam lingkup sains, keragaman diperlukan agar kita dapat melihat berbagai perspektif yang berbeda. Inilah yang membuat penelitian dan produk yang dihasilkan lebih baik, lebih inklusif, dan lebih aman untuk semua.
Demikian dikatakan oleh Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Itje Chodidjah di acara Penganugerahan Apresiasi L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) 2023 untuk 4 Peneliti Perempuan Indonesia pada 23 November 2023.
“KNIU mendorong konsistensi keberlanjutan program L’Oréal-UNESCO FWIS, karena lewat program tersebut telah menjadi ruang khusus untuk perempuan peneliti dapat terus berinovasi demi kemajuan dunia sains, baik dari penelitian life sciences, dan non-life sciences,” tegas Itje.
Itje juga menambahkan bahwa KNIU mendukung adanya kolaborasi antara para ilmuwan perempuan dengan universitas, lembaga riset, sektor swasta, dan lembaga lainnya. “Selamat atas para pemenang FWIS tahun 2023, kiranya hasil penelitian yang telah diusulkan dapat menjadi pondasi masa depan dunia sains yang lebih cerah, lebih berkelanjutan serta memberikan manfaat yang nyata di masyarakat Indonesia maupun global,” ucapnya.
Sejak tahun 2004, L’Oréal-UNESCO For Women in Science yang merupakan kerjasama L’Oréal Indonesia dan KNIU serta Kemendikbudristek telah memberikan dukungan pendanaan kepada 71 ilmuwan perempuan di Indonesia. Dukungan ini telah membantu para perempuan peneliti dalam melakukan penelitian dan eksplorasi ilmiah, mendorong inovasi, dan mengatasi tantangan di bidang ilmu pengetahuan.
Pada kesempatan yang sama, President Director, L’Oréal Indonesia, Junaid Murtaza turut menyampaikan apresiasi atas kolaborasi dari semua pemangku kepentingan atas kesuksesan program FWIS di Indonesia.
“Kami sangat bersyukur atas kemitraan kami dengan KNIU dan Kemendikbudristek. Lebih dari sebatas kemitraan, dengan sinergi ini, kami berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam mendorong kenaikan jumlah maupun kapabilitas peneliti perempuan, memajukan dunia sains di Indonesia, dan menjadi katalis lahirnya berbagai inovasi yang akan berguna untuk masyarakat,” urai Junaid.
Kuantitas dan kompetensi peneliti perempuan terus menjadi perhatian, karena pada tahun 2021, berdasarkan data yang dihimpun oleh the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mencatat bahwa hanya 33,3% dari peneliti di seluruh dunia adalah perempuan. Namun di Indonesia, berdasarkan Data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di tahun 2023, terjadi peningkatan persentase peneliti perempuan yakni 45%.
Sementara itu, salah satu Dewan Juri FWIS tahun 2023, Fenny Dwivany mengatakan bahwasanya diperlukan kolaborasi yang kuat dan berkelanjutan untuk mengatasi rentang/gap presentase peneliti perempuan di Indonesia maupun di dunia. “Indonesia adalah negara yang memiliki mega biodiversitas terbesar di dunia. Jika tidak ada dukungan dalam hal regulasi ataupun pendanaan yang terstruktur dan berkelanjutan dari pemerintah, peran peneliti perempuan di masyarakat tidak maksimal,” jelas Fenny yang juga menerima apresiasi FWIS nasional tahun 2007.
Tahun ini, empat perempuan yang masing-masing berhasil memenangkan pendanaan riset senilai Rp100.000.000 adalah Karlia Meitha (Dosen dari Institut Teknologi Bandung), Widiastuti Setyaningsih (Dosen dari Universitas Gadjah Mada), Fitri Aulia Permatasari (Dosen dari Institut Teknologi Bandung), dan Pietradewi Hartrianti, Dosen dari Indonesia International Institute for Life Sciences).
Keempat pemenang tersebut mengusung penelitian dengan memanfaatkan potensi biodiversitas yang menghadirkan berbagai terobosan inovatif di bidang ketahanan pangan dan kesehatan yang berkelanjutan.